Masjid 99 Kubah: Refleksi Arsitektur dan Iman di Makassar

Masjid 99 Kubah: Refleksi Arsitektur dan Iman di Makassar

Di tepi laut biru Pantai Losari, Makassar, berdiri sebuah mahakarya arsitektur yang tak hanya memanjakan mata, tetapi juga menggugah jiwa. Masjid 99 Kubah, dengan kubah-kubah megah berwarna jingga dan emas yang berlapis-lapis di bawah langit Sulawesi Selatan, menjadi simbol baru keagungan dan kebanggaan masyarakat Makassar. Masjid ini tidak sekadar tempat ibadah, melainkan representasi dari harmoni antara seni, iman, dan identitas Nusantara.

Inspirasi dari Nama-Nama Allah

Nama “99 Kubah” bukan sekadar angka. Ia merujuk pada Asmaul Husna, 99 nama indah Allah dalam Islam. Setiap kubah melambangkan keagungan, kasih sayang, dan kebijaksanaan Sang Pencipta. Arsitek sekaligus Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, yang merancang masjid ini, ingin agar masyarakat tak hanya mengagumi bentuknya, tetapi juga merenungkan maknanya.

Ketika matahari terbenam, cahaya jingga keemasan yang memantul di dinding dan kubah menciptakan siluet yang menakjubkan. Momen itu seakan mengajak siapa pun yang melihat untuk mengingat kebesaran Tuhan di tengah keindahan ciptaan manusia. Dengan konsep tersebut, Masjid 99 Kubah menjadi tempat di mana arsitektur dan spiritualitas berpadu tanpa sekat.

Lokasi yang Menyatukan Laut dan Langit

Masjid 99 Kubah berdiri di kawasan Center Point of Indonesia (CPI), tepat di bibir Pantai Losari. Lokasinya yang strategis menjadikannya ikon baru kota Makassar. Dari kejauhan, kubah-kubahnya tampak seperti istana di atas laut, memantulkan cahaya yang menari di permukaan air. Saat malam tiba, lampu-lampu yang menghiasi bangunan ini menciptakan panorama magis yang memukau wisatawan dan warga lokal.

Akses menuju masjid sangat mudah. Pengunjung bisa berjalan kaki dari kawasan Pantai Losari atau menggunakan kendaraan pribadi dengan area parkir yang luas. Keberadaan masjid ini menambah daya tarik wisata religi di Makassar, melengkapi destinasi ikonik lain seperti Fort Rotterdam dan Trans Studio Makassar.

Lebih dari sekadar tempat beribadah, lokasi ini menghubungkan unsur alam—laut, langit, dan cahaya—dengan nilai-nilai spiritual. Setiap unsur saling menguatkan, seolah mengingatkan bahwa iman manusia pun tumbuh dari keterhubungan antara bumi dan langit.

Arsitektur yang Menggabungkan Modernitas dan Tradisi

Desain Masjid 99 Kubah memadukan keindahan arsitektur Islam klasik dan sentuhan modern Nusantara. Kubah-kubahnya yang berlapis terinspirasi dari Masjid Nabawi di Madinah, namun bentuk dan warnanya mengambil elemen dari budaya Bugis-Makassar. Warna jingga, merah bata, dan kuning keemasan menciptakan nuansa hangat yang mencerminkan semangat masyarakat Sulawesi Selatan—tangguh, bersahaja, dan berjiwa besar.

Setiap sudut masjid memiliki filosofi. Jumlah kubah kecil dan besar bukan sekadar dekorasi, melainkan representasi hirarki nilai dalam kehidupan. Kubah terbesar di puncak melambangkan tauhid—keesaan Tuhan yang menaungi seluruh ciptaan. Kubah-kubah kecil di sekitarnya menggambarkan manusia yang hidup dalam keragaman tetapi tetap berada di bawah satu payung keimanan.

Dari sisi struktur, masjid ini mampu menampung ribuan jamaah. Interiornya menampilkan ruang shalat luas tanpa tiang tengah, menciptakan kesan lapang dan terbuka. Ornamen kaligrafi menghiasi dinding dengan pola geometris khas Islam, sementara pencahayaan alami mengalir dari jendela-jendela besar berbentuk lengkung. Setiap langkah di dalamnya membawa ketenangan dan rasa syukur.

Perpaduan Seni dan Teknologi

Keunikan lain dari Masjid 99 Kubah terletak pada penerapan teknologi modern dalam sistem pencahayaan dan ventilasi. Arsitekturnya dirancang agar cahaya matahari masuk dengan lembut, menciptakan permainan bayangan yang menenangkan. Pada malam hari, sistem pencahayaan LED yang terintegrasi menyorot kubah dan dinding dengan warna-warna lembut, menghasilkan efek visual yang menawan tanpa kehilangan nilai spiritual.

Di luar masjid, area plaza terbuka menjadi ruang interaksi masyarakat. Banyak keluarga yang datang untuk menikmati suasana sore, berfoto, atau sekadar duduk menikmati angin laut. Pihak pengelola juga merencanakan pembangunan taman dan museum mini yang menampilkan sejarah pembangunan masjid serta filosofi arsitekturnya. Dengan langkah ini, Masjid 99 Kubah tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai pusat kebudayaan Islam modern di kawasan timur Indonesia.

Daya Tarik Wisata Religi

Sejak pertama kali dibuka untuk umum, Masjid 99 Kubah langsung menarik perhatian wisatawan domestik maupun mancanegara. Banyak pengunjung yang datang bukan hanya untuk beribadah, tetapi juga untuk menikmati keindahan arsitektur dan pemandangan laut yang membentang di depannya.

Waktu terbaik berkunjung adalah menjelang matahari terbenam. Dari pelataran masjid, pengunjung bisa menyaksikan langit Makassar berubah warna, dari biru menjadi jingga keemasan, berpadu dengan kilau kubah yang memantul di permukaan laut. Pemandangan ini menjadi momen yang sering diabadikan di media sosial, menjadikan Masjid 99 Kubah sebagai ikon baru wisata religi dan budaya Makassar.

Tak hanya itu, suasana malam di masjid ini menghadirkan pengalaman berbeda. Lampu-lampu berwarna lembut yang menerangi kubah menciptakan efek visual menyerupai istana dari negeri dongeng. Angin laut berhembus membawa aroma garam dan suara ombak, menambah khidmat suasana beribadah atau sekadar merenung dalam hening.

Refleksi Iman dan Identitas

Masjid 99 Kubah tidak hanya memperlihatkan kemegahan arsitektur, tetapi juga mengajak setiap pengunjung untuk merenungkan makna spiritual di baliknya. Setiap kubah seolah mengingatkan manusia bahwa keindahan sejati lahir dari keyakinan yang mendalam. Masjid ini menjadi bukti bahwa kemajuan teknologi dan seni dapat berjalan selaras dengan nilai keagamaan.

Bagi masyarakat Makassar, masjid ini menjadi simbol kebangkitan spiritual dan budaya. Ia menandai babak baru dalam cara umat Muslim memandang ruang ibadah—bukan hanya tempat ritual, tetapi juga ruang kontemplasi dan ekspresi estetika. Dari sinilah muncul kesadaran bahwa keindahan dapat menjadi jembatan menuju keimanan yang lebih dalam.

Kesimpulan: Simbol Keagungan di Ujung Selatan

Masjid 99 Kubah di Pantai Losari bukan sekadar bangunan megah. Ia adalah perwujudan doa yang diwujudkan dalam bentuk arsitektur. Kubah-kubahnya bercerita tentang kebesaran Tuhan, dindingnya merekam ketekunan manusia, dan lokasinya yang menatap laut menjadi cermin refleksi bagi siapa pun yang datang.

Setiap orang yang melangkah ke dalamnya akan merasakan harmoni antara iman dan seni, antara modernitas dan tradisi. Dengan keindahan yang memukau dan makna spiritual yang mendalam, Masjid 99 Kubah telah menjadi ikon baru Makassar—tempat di mana arsitektur berbicara dalam bahasa iman, dan keindahan menjadi bagian dari ibadah.

Kangroki.com menghadirkan inspirasi perjalanan, kuliner, seni budaya, dan kisah spiritual dari seluruh Nusantara. Jelajahi Indonesia dengan sudut pandang baru!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like
Makam Syekh Maulana Malik Ibrahim Gresik: Awal Jejak Walisongo

Makam Syekh Maulana Malik Ibrahim Gresik: Awal Jejak Walisongo

Goa Maria Sendangsono Kulon Progo: Kedamaian di Tengah Rimba

Goa Maria Sendangsono Kulon Progo: Kedamaian di Tengah Rimba

Ziarah ke Makam Sunan Muria: Menapaki Jejak Dakwah di Lereng Gunung Muria Kudus

Ziarah ke Makam Sunan Muria: Menapaki Jejak Dakwah di Lereng Gunung Muria Kudus

Cianjur Menyimpan Rahasia: Jejak Raja-Raja Buangan yang Berpulang di Pengasingan

Cianjur Menyimpan Rahasia: Jejak Raja-Raja Buangan yang Berpulang di Pengasingan

Upacara Adat Hajat Laut di Tasikmalaya: Harmoni dengan Alam

Upacara Adat Hajat Laut di Tasikmalaya: Harmoni dengan Alam

Menelusuri Jejak Spiritual di Makam Sunan Bonang: Perjalanan Menuju Titik Terang

Menelusuri Jejak Spiritual di Makam Sunan Bonang: Perjalanan Menuju Titik Terang