Road Trip Bandung–Pangandaran: Dari Kabut Dago ke Sunset Pantai Barat
Perjalanan dari Bandung menuju Pangandaran adalah sebuah petualangan yang menawarkan transisi pemandangan menakjubkan, dari hawa sejuk pegunungan hingga angin laut yang menenangkan. Ini adalah cerita perjalanan menyusuri jalur selatan Jawa Barat, sebuah rute yang menghubungkan kabut Dago dengan kemegahan sunset Pantai Barat Pangandaran.
Perjalanan kami dimulai pagi itu dari kawasan Dago, Bandung. Kabut tipis yang menyelimuti kawasan pegunungan seakan menjadi simbol perpisahan dengan kehidupan urban. Rute yang kami pilih adalah melalui Ciwidey dan jalur Garut Selatan (Garsela), sebuah pilihan yang tepat bagi mereka yang menginginkan lebih dari sekadar perjalanan, tapi sebuah pengalaman visual.
Mobil pribadi menjadi pilihan terbaik untuk road trip semacam ini. Selain memberi fleksibilitas, juga memungkinkan kami berhenti di spot-spot menarik yang tak terduga. Jika tidak membawa kendaraan, menyewa mobil dengan driver lokal yang memahami medan jalan bisa menjadi pilihan bijak.
Jarak total perjalanan ini sekitar 200-300 kilometer, yang bisa ditempuh dalam waktu sekitar 6-7 jam perjalanan. Namun, jangan terburu-buru. Keindahan jalur selatan ini justru terletak pada perjalanannya, bukan hanya tujuannya.
Melewati Ciwidey, pemandangan hijau perkebunan dan kawasan Rancabali menyambut kami. Udara mulai terasa segar, dan langit semakin biru. Salah satu hidden spot yang wajib disinggahi adalah kawasan sekitar Cidaun, di mana kita bisa melihat pemandangan persawahan yang masih asri dan perbukitan yang memesona.
Sekitar tengah hari, kami memutuskan untuk beristirahat di Santolo. Pantai Santolo menawarkan pesona berbeda dengan Pangandaran—lebih tenang dan intim. Bermalam di Santolo sebelum melanjutkan perjalanan ke Pangandaran adalah pilihan tepat untuk menikmati keindahan Garut Selatan.
Tiba di Pangandaran, sensasinya berbeda sama sekali. Udara laut yang hangat dan bau ombak langsung menyergap, menggantikan sejuknya udara pegunungan. Pangandaran adalah sebuah semenanjung, yang secara unik memiliki dua pantai berbeda karakter: Pantai Timur untuk sunrise dan Pantai Barat untuk sunset.
Senja di Pantai Barat Pangandaran adalah momen yang kami nantikan sejak berangkat dari Bandung. Pantai Barat menjadi tempat ideal untuk melihat matahari terbenam. Ombaknya yang tenang memantulkan warna jingga dan kemerahan langit senja, sementara di kejauhan, perahu-perahu nelayan tampak siluet.
Suasana di pantai pada sore hari sangat hidup. Lokal bermain sepak bola, anak-anak menerbangkan layang-layang, dan keluarga menikmati waktu berkualitas. Ini adalah momen di mana Anda merasa menjadi bagian dari sesuatu yang lebih besar, terhubung dengan alam dan masyarakat lokal.
Pangandaran menawarkan lebih dari sekadar pantai. Esok harinya, kami menjelajahi beberapa destinasi unik:
Green Canyon, atau Cukang Taneuh dalam bahasa lokal, adalah sebuah ngarai hijau yang diukir oleh Sungai Cijulang selama jutaan tahun. Nama “Green Canyon” sendiri diberikan oleh seorang pelancong Prancis pada 1993.
Di sini, kami memilih untuk body rafting menyusuri sungai sejauh sekitar 2 kilometer. Dengan mengenakan pelampung, helm, dan sepatu karet, kami mengapung mengikuti arus sungai yang jernih sambil menikmati tebing-tebing tinggi dan hutan hijau di kedua sisi. Pemandangan di dalam canyon sangat memukau, dengan stalaktit yang mengucurkan “hujan abadi” dan spot-spot untuk berenang serta melompat dari tebing.
Setelah seharian berpetualang, kami berburu cafe untuk melepas lelah. Pangandaran memiliki scene cafe yang berkembang dengan beberapa tempat menarik seperti Nolkilo Coffee Corner dan Lacultura Koffie Bar & Supply. Bagi yang mencari suasana berbeda, Lagoon Beer House menawarkan atmosfer modern dengan pilihan bir dan live music di malam hari.
Untuk makanan, jangan lewatkan mencoba seafood segar di sekitar pantai. Ikan bakar dengan sambal terasi khas Sunda adalah pilihan wajib yang tidak akan mengecewakan.
Berdasarkan pengalaman kami, berikut tips untuk merencanakan road trip yang sempurna:
Road trip dari Bandung ke Pangandaran bukan sekadar tentang berpindah tempat, tapi tentang mengalami transisi perlahan-lahan dari hiruk-pikuk kota menuju kedamaian pantai. Ini adalah pengingat bahwa terkadang, perjalanan itu sendiri sama berharganya dengan tujuan.
Dari kabut Dago yang misterius hingga kemegahan sunset Pantai Barat Pangandaran, setiap kilometer perjalanan menawarkan pelajaran tentang keindahan dan ketenangan. Seperti kata pepatah, “Tidak ada perjalanan yang sempurna, makanya itulah yang menjadi alasan kita untuk kembali.”